DeMar DeRozan akan menjalani lembaran baru bersama Sacramento Kings pada musim 2024-2025. Dalam Podcast P bersama Paul George, DeRozan menjabarkan alasannya pindah ke California.
Pertama-tama, DeRozan bercerita tentang kesan-kesannya selama menjadi pemain Chicago Bulls. Ia menghabiskan tiga musim di Chicago. Kemudian DeRozan ikut dalam bagian sign and trade besar-besaran pada Juli lalu.
“Saya mengalami masa-masa yang sulit di Chicago. Saya punya rekan setim yang hebat. Kota dan tempat yang hebat. Saya pikir saya hanya mencari kesempatan menang di level yang tinggi, di mana pun itu,” ungkap All-Star enam kali tersebut.
DeRozan menjalani 229 gim dengan Bulls. Ia mencatat rata-rata 25,5 poin, 4,7 rebound, 5,1 asis, dan 1,1 steal. Tapi Bulls berkutat di papan bawah. DeRozan hanya mencapai babak pertama playoff sekali pada 2022.
Pemain berusia 35 tahun itu kemudian bercerita bahwa banyak tawaran datang kepadanya untuk pertukaran. Ia menyebut ada Los Angeles Lakers, Clipper, Philadelphia 76ers, Miami Heat dan Kings.
“Philly jelas merupakan pilihannya. Begitu juga dengan Lakers. Clippers merupakan pilihan. Tentunya Heat juga. Tim-tim itu merupakan pilihan yang sangat pribadi dan saya memprtimbangan pilihan-pilihan itu,” kata DeRozan.
Pada akhirnya, DeRozan memilih merapat ke Kings. DeRozan menjelaskan bahwa Kings-lah yang benar-benar menunjukkan ketertarikan. Mereka juga mencari tandem untuk De’Aaron Fox dan Domantas Sabonis. Kinerja pelatih Mike Brown juga mumpuni.
DeRozan ditukar ke Kings melalui skema sign and trade yang melibatkan Bulls dan San Antonio Spurs. Bulls juga mengirim kontrak tiga tahun DeRozan yang memiliki nilai AS$76 juta.
“Saya hanya mencari peluang menang di level tertinggi di tim manapun. (Kings) muncul dan menunjukkan minatnya yang serius. Ketika saya duduk manis dan menganalisis, mereka punya pemain dan pelatih hebat. Saya ingat beberapa tahun terakhir mereka bersinar terang,” tuturnya.
Kings menjalani musim sensasional pada 2023. Mereka lolos playoff pertama kali dalam 16 tahun. Mereka juga menjadi unggulan ketiga dengan rekor 48-34. Tapi pada musim lalu, Kings kalah di turnamen play-in.
“Yang pasti mereka memiliki pergerakan. Itulah yang ingin saya ikuti yaitu budaya organisasi yang ditularkan dan ingin menang. Ketika saya melihat semua itu, saya merasa sosok dengan Kings,” pungkasnya.