Sebanyak tujuh tim sudah memastikan diri tampil di FIBA Asia Cup 2025. Hanya tersisa dua gim lagi di jendela ketiga. Bagaimana dengan peluang Indonesia? Sayangnya, Indonesia hampir pasti tidak lolos.
Indonesia telah menelan empat kekalahan. Pada jendela pertama, Indonesia kalah 73-56 dari Thailand dan takluk 51-106 dari Australia. Peluang semakin menipis lantaran tidak meraih kemenangan di jendela kedua. Indonesia kandas 86-78 dari Korea Selatan dan terpuruk 71-112 dari Thailand.
Kekalahan tersebut membuat Indonesia menghuni dasar klasemen Grup A dengan defisit -121 poin. Australia sudah mengunci tiket ke FIBA Asia Cup 2025. Disusul Korea Selatan dan Thailand.
“Dengan hasil ini kayaknya peluang kami masih agak sulit. Saya tidak terlalu tahu. Itu kan nanti harus dihitung kayak gimananya. Kami masih belum tahu,” kata Ahang, sapaan Johannis Winar, usai kalah dari Thailand di Indonesia Arena pada Minggu (24/11)
Pertandingan terakhir Indonesia di Kualifikasi FIBA Asia Cup 2025 sangat berat. Tim asuhan Johannis Winar itu akan berhadapan dengan Australia di laga tandang pada 20 Februari 2025. Kemudian menjamu Korea Selatan pada 23 Februari 2025.
Melihat persaingan di Grup A, skenario realistisnya adalah dengan meraih posisi ketiga. Dengan begitu Indonesia bisa mengambil kesempatan di turnamen kualifikasi yang diikuti enam tim. Ada empat tim yang berebut tiket terakhir melalui ronde tersebut.
Tapi dua pertandingan berikutnya akan sulit. Apalagi melihat hasil pertemuan dengan lawan sebelumnya. Jika pun Indonesia menang, mereka juga masih kalah head to head dengan Thailand.
Lalu apa yang akan dilakukan Indonesia di dua laga tersisa? Ahang menyatakan akan memaksimalkan penampilan. Ia menegaskan Indonesia harus memiliki line up pemain yang lebih baik dari sekarang.
Dalam jendela kedua ini, Indonesia membawa 12 pemain. Termasuk Abraham Damar Grahita, Yudha Saputera, Vincent Rivaldi Kosasih, Brandon Jawato, dan Anthony Beane Jr., sebagai pemain naturalisasi.
“Secara tim harus lebih kolektif lagi. Kami tidak punya kemampuan bermain yang terlalu tinggi. Agak susah membuat score. Pertama rapihin orangnya. Materi lebih bagus, lebih sizing lagi. Kedua mesti bermain di bagus di paint area. Termasuk fastbreak yang menjadi kekuatan kami,” tuturnya.
Dalam 11 tahun terakhir atau empat edisi terakhir FIBA Asia Cup, Indonesia hanya bermain di edisi 2022. Itupun lolos sebagai tuan rumah. Dalam FIBA Asia Cup 2022, Indonesia menempati posisi ke-11. Posisi terbaik sejak 1987.